Wekeend ini dibulan Juni kami berencana untuk diving dan climbing Gunung Krakatau (anak krakatau tepatnya). Semangat ini makin memuncak terlebih setelah melihat iklan Djarum “my great adventure” yang menampilkan adegan climbing di GunungKrakatau. Di iklan itu, kita bisa melihat dua orang petualang yang sedang melakukan aksi petualangnya mendaki gunung krakatau sampai kepada bibir kawahnya.

Malam ini bersama beberapa teman diving, kami berangkat dari checkpoint di RS Siloam di Kebon Jeruk. Tepat pukul 9 malam kami berangkat langsung menuju ke Carita lewat tol Merak. Dan tepat pukul 12 malam kami tiba di Hotel Sunset View , yang cukup bersih meskipun sederhana; tempat persinggahan sementara sebelum kami berangkat esok pagi ke Pulau gunungKrakatau.

Pagi ini pagi yang cerah dengan langit biru, tepat pukul 8 setelah sarapan kami langsung menuju ke dermaga kecil yang tepat ada diseberang hotel. Berdelapan kami naik boat diving yang sudah siap di dermaga. Cuaca cerah, langit biru, ombak tenang, wow it’s a beautiful morning….love it.

Setelah hampir satu jam perjalanan kami mulai melihat Gunung Anak Krakatau yang terkesan angkuh dan angker dari kejauhan. Gunung itu tidak menjulang tinggi sebetulnya, , namun menjadi terlihat megah karena gunung tersebut terletak dipulau sendiri yang dikelilingi oleh lautan.

Untuk singgahan pertama, kami akan diving di Cabe Lagoon, di lepas pantai sebuah pulau di dekat gugusan Pulau gunungKrakatau. Disana sudah terlihat boat kapal yang diisi beberapa orang bule yang sedang bersiap juga untuk diving dan snorkeling. Pulau tempat kami diving pun sebetulnya pulau tidak berpenghuni yang penuh dengan hutan lebat dan bakau, dan kami pun melihat beberapa biawak dari kejauhan sedang merendam diri di lautan yang cukup dingin.

Kali ini kami kurang beruntung di Cabe Lagoon karena visibilitinya yang middle mendekati poor. Disana kami bisa melihat beberapa terumbu karang yang kurang bervariatif, namun cukup untuk mengobati kerinduanku akan bertemu mereka. Untuk hewan laut kami bisa bertemu beberapa ikan nemo yang sedang berlindung dibalik tentakel soft coral yang melambai-lambai mengikuti irama arus laut. Kami cukup menyelam sampai dengan kurang lebih 20 meteran saja, didalam kami juga bisa melihat batuan-batuan vulkanik yang teronggok berwarna kehitaman, yang beberapa sudah tertutup dengan vegetasi terumbu karang, dan membentuk slope. Dibeberapa tempat kami juga melihat area luas pasir halus kehitaman, mungkin ini yang disebut pasir vulkanik.

Setelah sekitar 45 menit menyelam, kami kemudian melanjutkan perjalananan ke pulau tempat Gunung anak krakatau berdiam diri. Woww…exciting, kami akan melakukan pendakian sampai ke puncak kawah gunungKrakatau. Sebelumnya kami terlebih dahulu melewati Gunung Krakatau Tua, terasa sekali aroma angkernya, meskipun gunung tua tersebut telah ditutupi oleh lebatnya pepohonan besar, teringat bagaimana gunung ini sampai rela membelah dan menghancurkan diri sendiri untuk membunuh ribuan manusia, dan merubah iklim seluruh dunia untuk bertahun-tahun lamanya. Teringat pula bagaimana gunung ini bisa menjadi sebuah musibah terbesar selama dunia ini ada. Dengan jelas saya bisa melihat bagaimana bentuk gunung ini yang seperti kerucut terbelah. Setelah melewati Gunung Krakatau Tua, kami pun mulai mendekati Anak Krakatau, yang tidak kalah misterinya.  Saya makin merasakan aroma angker kawasan ini begitu melihat angkuhnya Gunung Anak Krakatau dari dekat. Setelah 15 menit perjalanan dari Cabe Lagoon, maka merapatlah kami di pulau ini. Saya menyebutnya pulau hitam, karena pulau ini semuanya serba hitam. Pasirnya hitam, daunnya hitam, batang-batang pohonnya hitam. Sangat menarik….

Sebelum kami mendaki, kami terlebih dahulu mengisi perut kami sebagai bahan bakar untuk tenaga kami. Lucunya, baru sebentar di pulau ini, baju kami pun sudah mulai berubah jadi hitam, tertutup abu tipis yang dikeluarkan dari kawah gunung. Namun tanpa disangka, baru sebentar kami menyelesaikan makan siang kami, terdengar suara gemuruh kecil dari arah kawah gunung. Sontak kemudian, kami langsung melihat ke arah atas; ke arah puncak gunung. Dari puncak gunung, kami bisa melihat kepulan asap tebal bergulung ke angkasa. Ya Tuhan….gunung ini sedang erupsi meletus. Antara takut dan takjub terpesona aku rasakan saat itu. Belum pernah saya sedekat ini dengan gunung meletus. Sesegera mungkin saya mengabadikan moment ini di kamera yang memang sudah stand-by ditangan saya dari awal perjalanan. Hujan pasir abu halus ringan berubah menjadi hujan lebat, namun bukan hujan air namun hujan abu lebat.

Tidak lama berselang, datang satu kapal patroli polisi yang berisikan polisi-polisi berbaju preman dan menenteng senjata laras panjang, untuk “mengusir” kami dan beberapa tamu lain untuk sesegera mungkin pergi dari pulau ini. Negoisasi pun kami lakukan, agar kami dapat tetap di pulau, untuk mengabadikan momen penting dan jarang ini. Namun negoisasi sepertinya tidak berhasil, dengan tegas mereka tetap mengusir kami dari pulau ini, dan dengan sangat berat hati kami akhirnya meninggalkan pulau ini dalam keadaan gunungnya yang sedang meletus.

Namun bukannya kami pergi jauh, kami justru menuju ke spot diving berikutnya di Batu Mandi, yang letaknya hanya berjarak 500 meter dari pulau. Spot ini ditandai oleh tumbukan batu-batu besar, mungkin bekas lutusan Gunung Krakatau 1 abad silam. Dengan latar belakang Anak Krakatau yang meletus, tumpukan batu ini menjadi obyek foto yang cantik sekali. Setelah siap semua, langsunglah kami melakukan penyelaman di sekeliling tumpukan batu ini. Ternyata tumpukan batu ini merupakan puncak dari tumpukan batu lainnya yang terlihat di dalam air dan membentuk sebuah kerucut rakasasa. Batu-batu ini pastilah merupakan saksi hidup dari letusan dashyat seabad lalu. Visibility di sini benar-benar poor, jarak pandang hanya sekitar 5 meter. Tidak banyak yang bisa dilihat disini. Saya juga melihat beberapa bara api-bara api kecil di dalam laut, yang berasal dari letusan gunung yang masih berlangsung.

Setelah sekitar 45 menit melakukan penyelaman di kedalaman sekitar 25 meter, kami segera naik ke boat untuk menuju kembali ke Pulau Carita. Perlahan kami meninggalkanKrakatauyang sedang meletus, meninggalkan misteri, kenangan, dan harapan untuk kembali. I’ll be back for sure….